Lensa kontak adalah lembaran plastic tipis yang dirancang
untuk dipasang pada kornea, bagian yang jernih pada permukaan depan mata.
Awalnya lensa kontak diciptakan sebagai salah satu alternative pengganti
kacamata untuk mereka yang mengalami rabun jauh ataupun rabun dekat. Tapi dalam
perkembangannya, lensa kontak saat ini mulai sering dipakai sebagai salah satu
trend fashion.
Pada prinsipnya, lensa kontak
menempel pada lapisan air mata yang meliputi permukaan depan mata. Tiap kali
mata berkedip, kelopak mata akan menggerakkannya sedikit. Gerakan ini
memungkinkan air mata yang segar mengalir di bawah lensa untuk melumasi dan
memberi oksigen kepada kornea.
Para dokter mata dari Rumah
Sakit Mata Undaan Surabaya menjelaskan bahwa pada dasarnya ada dua jenis lensa
kontak. Yang pertama adalah lensa kontak keras atau lensa kontak rigid atau hard
lens, yang berikutnya adalah lensa kontak lunak atau soft lens. Semua jenis
lensa kontak ini memerlukan masa penyesuaian tertentu dan akan menimbulkan rasa
kurang nyaman pada mulanya.
“Untuk soft lens biasanya
diperlukan waktu beberapa hari sebelum lensa kontak tersebut terasa nyaman.
Sedangkan untuk hard lens mungkin diperlukan waktu sekitar 2 minggu sampai 1
bulan untuk penyesuaian,” terang dr. Armanto Sidohutomo, SpM dari Rumah Sakit
Mata Undaan Surabaya. Dalam masa penyesuaian ini biasanya pasien akan merasakan
sedikit iritasi mata, mata jadi berair, lebih banyak berkedip, menjadi peka
terhadap cahaya dan kadang-kadang penglihatan menjadi kabur. Gejala tersebut
akan hilang setelah terjadi adaptasi pada mata. Adaptasi akan lebih sulit
terjadi jika orang yang memakai lensa kontak ini termasuk dalam golongan mata
kering.
Perawatan masing-masing lensa
kontak juga berbeda. Hard lens lebih mudah perawatannya. Lebih mudah dibersihkan
dan masa pemakaiannya lebih panjang. Hard lens juga mampu mengoreksi astigmat
yaitu kelainan refraksi yang disebabkan oleh ketidakteraturan kelengkungan
permukaan kornea mata. Lain halnya dengan soft lens, biaya perawatannya lebih
mahal dan harus lebih sering diganti. Walaupun sekarang sudah ada soft lens yang
dirancang untuk koreksi astigmat, namun pada umumnya tetap tidak cukup kuat
untuk mengkoreksi kelainan astigmat yang tinggi.
Penting disadari oleh masyarakat
bahwa lensa kontak yang terbaik adalah yang paling sesuai dengan kondisi mata
seseorang. Selain memberi fungsi penglihatan yang lebih jelas, lensa kontak juga
digunakan dalam pengobatan beberapa penyakit mata. “Pada pasien keratokonus atau
suatu penyakit mata dimana ada distorsi yang tak teratur pada permukaan kornea,
pasien harus menggunakan lensa kontak. Kelainan yang mengakibatkan penglihatan
jadi kabur ini tidak dapat dikoreksi dengan kacamata,” terang dr. Armanto.
Sebagai benda asing yang ada
pada permukaan kornea, tentu saja ada resikonya. Untuk pemakaian lama, kornea
bisa membengkak akibat kekurangan oksigen dan akibatnya mudah terjadi goresan
atau abrasi pada saat melepas lensa kontak. Bila ini terjadi dapat menimbulkan
infeksi mata yang berat. Ada pula penderita yang mengalami deposit protein pada
lensa kontak yang mereka pakai. Bahkan bisa juga mengalami reaksi alergi
terhadap larutan yang digunakan untuk perawatan lensa kontak yang mengandung
bahan pengawet. Komplikasi ini dapat menimbulkan parut yang mengganggu
penglihatan. Mengingat besarnya resiko yang bisa terjadi, maka sebaiknya jika
memang tidak membutuhkan, sebaiknya tidak usah menggunakan lensa kontak. Apalagi
hanya untuk sekedar mengikuti trend fashion saja.V
0 komentar:
Posting Komentar